🎊 Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia
Pokokpokok Ajaran Agama Buddha. B. Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu Buddha di Indonesia. 1. Empat (4) teori (hipotesis) yang menjelaskan masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia : Pendidikan. Artikel Koran (30) SMP (30) Berpikir-Refleksi. karya siswa. Bentang lahan - menurut Junghuhn. Mengenai Saya. F. Budi Wibowo
AliranKlasik. 1) Aliran Emprisme. Empiris berasal dari bahasa latin yaitu pengalaman. Menurut konsepsi empirisme , pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik mejadi apa yang diinginkannya pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung yang memahat patung dari kayu, batu atau bahan lainnya menurut sesuka hatinya.
Hadirnya200 dosen dengan kualifikasi Doktor, akan meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Buton. “Pengorbanan” dari Pemerintah Daerah/Provinsi atas beasiswa ini *akan “dibayar” oleh meningkatnya aliran uang masuk*, karena datangnya mahasiswa dari
Bukanitu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73%
SISTEMPENDIDIKAN INDONESIA. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia adalah negara yang berdasarkan padaPancasila dan Undang- Undang dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa pendidikan diusahakan dan
ALIRANALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Mukh Nursikin Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta [email protected] DOI: 10.18326/attarbiyah.v1i2.303-334
ALIRANKEPERCAYAAN (AK) kembali menjadi isu nasional yang ramai dibincangkan baru-baru ini di media massa. Seperti yang telah diberitakan di media pada Selasa 7/11/2017, Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan atas pasal 61 UU No. 23/2006 dan pasal 64 UU No. 24/2013 tentang administrasi kependudukan yang mewajibkan mengisi kolom
Aliranpokok pendidikan di indonesia itu yang dimaksudkan adalah perguruan kebangsaan taman siswa dan ruang pendidikan ins kayu tanam. Di indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan, karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya
Bagialiran ini, pendidikans sebagai pemelihara kebudayaan, yaitu ingin kembali kepada kebudayaan lama warisan sejarah, yang telah membuktikan kebaikan - kebaikannya bagi kehidupan manusia. Kesalahan diri kebudayaan modern sekarang menurut essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala – gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah
. Assalamualaikum Halo teman-teman! Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya. Pada kesempatan kali ini saya akan kembali membahas mengenai 'Pendidikan'. Lalu apa sih pokok bahasan kali ini? Yap! sesuai dengan judulnya kali ini saya akan membahas mengenai 'Aliran-Aliran serta Gerakan-Gerakan Pendidikan di Indonesia'. Tanpa berlama-lama lagi mari kita masuk ke pokok bahasan. Selamat membaca! Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan proses yang satu Nanuru, 2013. Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Pendidikan di dalam masyarakat senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi yang sejalan dengan tuntutan, perkembangan dan kemajuan masyarakat dari zaman ke zaman Nadirah, 2013. Mengingat perkembangan kehidupan dan pelaksanaan pendidikan bersifat dinamis, maka gagasan-gagasan yang muncul pun bersifat dinamis sesuai dengan alam pikir dan dinamika manusianya. Kondisi ini akhirnya mendorong lahirnya aliran-aliran dalam Pendidikan. Aliran Pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik menyeluruh. Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini, dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran gerakan setiap aliran Pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memangdang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai hal itu, maka berikut ini disajikan berbagai aliran-aliran dan gerakan-gerakan dalam KlasikAliran klasik adalah pandangan hidup yang mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang abadi atau tertinggi. Sampai saat ini aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Aliran klasik dalam Pendidikan dibagi menjadi empat yaituAliran EmpirismeJohn LockeEmpirisme berasal dari kata empire, yang artinya pengalaman. Tokoh utama aliran ini ialah John Locke 1632-1704. Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” aliran empirisme Inggris. Namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” aliran lingkungan dan psikologi bernama “environmental psychology” psikologi lingkungan yang relatif masih baru Syah, 2002. Locke memandang bahwa anak yang dilahirkan itu ibaratnya meja lilin putih bersih yang masih kosong belum terisi tulisan apa-apa, karenanya aliran atau teori ini disebut juga Tabularasa a blank sheet of paper yang berarti meja lilin putih, sebuah istilah bahasa latin yang berarti “Buku Tulis” yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan, dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Masa perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil. Pada dasarnya manusia itu bisa didik apa saja menurut kehendak lingkungan dalam arti luas, pengalaman dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang Ahmadi & Uhbiyati, 1991; Thoib, 2008. Dalam hal ini, alamlah yang membentuknya. Pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis, karena upaya pendidikan hasilnya sangat optimis dapat mempengaruhi perkembangan anak, sedangkan pembawaan tidak berpengaruh sama sekali Suryabrata, 2002; Purwanto, 2004. Aliran ini mengandaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor pengalaman yang berada di luar diri manusia, baik yang sengaja di desain melalui pendidikan formal maupun pengalaman-pengalaman tidak disengaja yang diterima melalui pendidikan informal, non formal, dan alam sekitar. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikanlah yang menentukan masa depan manusia, sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam, seperti bakat dan keturunan tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam menentukan masa depan manusia Setianingsih, 2008. Menurut Mudyahardjo et al 1992 empirisme dipandang sebagai hal yang paling produktif, karena dalam dunia pendidikan lingkunganlah yang berperan besar untuk membentuk potensi dan pengetahuan peserta didik. Ada beberapa lingkungan yang berperan dalam proses pendidikan, diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dalam proses ini inderawi sepenuhnya sangat berperan dalam berlangsungnya proses pendidikan dan menjadi hal yang nyata dalam praktek pendidikan. Aliran empirisme berkembang luas di dunia Barat terutama Amerika Serikat. Aliran ini dalam perkembangannya menjelma menjadi aliran/ teori belajar behaviorisme yang dipelopori oleh William James dan Large. Banyak pula pengaruh aliran ini terhadap pandangan tokoh pendidikan Barat lainnya, seperti Watson, Skinner, Dewey, dan sebagainya. Aliran Nativisme Arthur SchopenhauerAliran nativisme berlawanan 180° dengan aliran empirisme. Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti kelahiran atau native yang artinya asli atau asal. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer 1788-1860 seorang filosof Jerman Ilyas, 1997. Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya yang berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki/membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan herediter inilah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta hasil pendidikan sepenuhnya Nadirah, 2013. Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan sosial, pembinaan dan pendidikan. Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intuisme dalam penentuan baik dan buruk manusia. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan Nata, 2002. Nativisme menganggap pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, tidak mempengaruhi perkembangan anak didik, kecuali hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja. Pandangan tersebut dikenal dengan pesimisme paedagogis, karena sangat pesimis terhadap upaya-upaya dan hasil pendidikan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, aliran nativisme menolak dengan tegas adanya pengaruh eksternal. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali dalam membentuk manusia menjadi baik. Sebaliknya, kalau kita menginginkan manusia menjadi baik, maka yang perlu dilakukan adalah memperbaiki kedua orang tuanya karena merekalah yang mewariskan faktor-faktor bawaan kepada anak-anaknya. Nativisme jelas merupakan aliran yang mengakui adanya daya-daya asli yang telah terbentuk sejak lahirnya manusia ke dunia. Daya-daya tersebut ada yang dapat tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuan manusia dan ada yang dapat tumbuh berkembang hanya sampai pada titik tertentu sesuai dengan kemampuan individual manusia Setianingsih, 2008. Beberapa tokoh yang berhubungan dengan aliran nativisme adalah Rochacher, Rosear, dan Basedow. Rochacher mengatakan bahwa manusia adalah hasil proses alam yang berjalan menurut hukum tertentu. Manusia tidak dapat mengubah hukum-hukum tersebut. Rosear mengatakan bahwa manusia tidak dapat dididik. Pendidik malah akan merusak perkembangan anak. Pendidikan adalah persoalan yang membiarkan atau membebaskan pertumbuhan anak secara kodrati. Sementara itu, Basedow mengatakan bahwa pendidikan adalah pelanggaran atas kecenderungan berkembang yang wajar dari anak. Berdasarkan pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh penganut aliran nativisme, maka dapat diklasifikasikan faktor-faktor perkembangan manusia menurut aliran nativisme, antara lain Faktor Genetik, faktor genetik dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang ada pada diri Kemampuan Anak, merupakan faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang dia miliki. faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang dia miliki. Faktor Pertumbuhan Anak, merupakan faktor yang mendorong anak mengetahui bakay dan minatnya disetiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami. Aliran ini juga disebut predestinatif yang menyatakan bahwa perkembangan atas nasib manusia telah ditentukan sebelumnya, yakni tergantung pada bawaan dan bakat yang dimilikinya. Aliran ini masih memungkinkan adanya pendidikan. Namun, mendidik menurut aliran ini membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung kepada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki anak. Apa yang patut dihargai dari pendidikan atau manfaat yang diberikan oleh pendidikan, tidak lebih dari sekadar memoles permukaan peradaban dan tingkah laku sosial, sedangkan lapis yang mendalam dan kepribadian anak, tidak perlu Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 pasal 2 menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung perncapaian tujuan pendidikan nasional. diharapkan pendidikan dengan cata ini dapat mengembangkan potensi peserta didik yang ia miliki sebagai pembawaannya sejak lahir. karena itu, pendidikan dalam hal ini hanya memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya. Aliran KonvergensiWilliam SternAliran konvergensi dikemukakan oleh seorang filsuf berkebangsaan Jerman bernama William Stern 1871-1939. Konvergensi yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu convergen yang artinya memusat. Dalam hal ini penganut aliran konvergensi berpendapat bahwa hasil Pendidikan tergantung dari faktor pembawaan dan faktor situasi lingkungan yang seakan-akan terdapat dua garis menuju atau memusat pada suati titik yang merupakan hasil dari Pendidikan atau perkembangan. Aliran ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang eksterm, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan dan lingkungan sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan anak berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan dua garis yang menuju kepada suatu titik pertemuan garis pengumpul, oleh karena itu perkembangan pribadi sesungguhnya merupakan hasil proses kerjasama antara potensi heriditas internal dan lingkungan, serta pendidikan eksternal Djumaranjah, 2004. Aliran konvergensi menyatakan bahwa pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak akan bisa berkembang, demikian juga sebaliknya. Potensi yang ada pada pembawaan dari seorang anak akan berkembang ketika mendapat pendidikan dan pengalaman dari secara psikis untuk mengetahui potensi yang ada pada anak didik yaitu dengan cara melihat potensi yang dimunculkan pada anak tersebut. Pembawaan yang disertai disposisi telah ada pada masing-masing individu yang membutuhkan tempat untuk merealisasikan dan mengembangkannya. Aliran konvergensi pada prinsipnya berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya. Perkembangan jiwa seseorang tergantung pada bakat sejak lahir dan lingkungannya,khususnya pendidikan. Peran pendidikan adalah memberi pengalaman belajar agar anak dapat berkembang secara optimal. Jadi menurut aliran konvergensi 1 pendidikan dapat diberikan kepada semua orang, 2 pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengembangkan pembawaannya yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk, 3 hasil Pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan Moerdiyanto, 2011.Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata waktu dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak seseorang dapat diturunkan langsung kepada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya atau anak-anaknya cucunya. Alhasil, bakat dan watak dapat tersembunyi sampai beberapa generasi Syah, 2002.Aliran NaturalismeJean Jaquest RousseauNatur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini ada persamaannya dengan aliran nativisme beberapa ahli menyebut dengan istilah “sama”, “hampir sama” dan “senada”. Istilah natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada system total dari fenomena ruang dan Naturalisme dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau. Ia mengatakan, “Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi Ilyas 1997 naturalisme bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta, tetapi akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia. Oleh karena itu, Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Aliran naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses epmbelajaran diantaranya adalahAnak didik belajar melalui pengalamannya sendiriPendidik hanya menyediakan lingkungan belajar atau fasilitas-fasilitas yang dapat mengembangkan potensi peserta didik misalnya kegiatan ekstrakurikulerProgram Pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta Modern Aliran-aliran baru yang turut mempengaruhi proses pendidikan di indonesia adalah sebagai berikut Progresivisme Aliran progresivisme mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik yang berkuailitas dan terus maju progress sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan bahan pelajaran. Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Aliran progresivisme sangat berpengaruh terhadap pemulihan harkat dan martabat anak dalam pendidikan karena anak mempunyai indidvidualitas sendiri-sendiri, mempunyai alur pemikiran sendiri,mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dana kecemasan sendiri yang berbeda dengan oerang dewasa. Esensialisme Aliran esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran ini berusaha menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala. Tujuannya adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah bertahan sepanjang waktu sehingga berharga untuk diketahui semua orang. Perenialisme Perenialisme diambil dari kata perenial yang artinya kekal atau abadi. sehingga perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran dan nilai-nilai yang bersifat kekal. Menurut aliran ini dengan adanya ilmu pengetahuan maka seseorang dapat berpikir secara induktif artinya metode pemikiran yg bertolak dari peristiwa khusus untuk menentukan kaidah yg umum atau penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan yg khusus untuk diperlakukan secara umum. Maka tujuan utama dari pendidikan menurut aliran ini adalah agar peserta didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental dan membina pemimpin yang sadar dan mempraktekkannya dalam semua aspek kehidupan. Rekonstruksionalisme Kata rekonstruksionalisme dalam kamus bahasa inggris berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam kontek pendidikan aliran ini adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini mengatakan bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Tujuan utama pendidikan menurut aliran ini adalah untuk membagkitkan kesadaran peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah. Idealisme Tujuan pendidikan menurut aliran ini adalah agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, harmonis, penuh warna dan mampu membantu indidvidu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan aliran pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlu adanya persaudaraan sesama manusia. Seseorang tidak hanya menuntut hak pribadinya tapi juga menciptakan hubungan yang baik, pengertian dan saling Pokok PendidikanAliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Kebangsaan Taman SiswaKi Hajar DewantaraSementara berlangsung pemerintahan kolonial itu, ada pula dua tokoh pemuka Indonesia sendiri yang merintis suatu sistem persekolahan tersendiri, yang secara teknis bersifat modern seperti sekolah-sekolah yang diperkenalkan oleh Belanda, namun dalam semangat dan isi pelajaran sangat berjiwa ketimuran dengan membawa cita-cita kemandirian bangsa. Tokoh pertama adalah Soewardi Soerjaningrat, atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan pada tahun 1921 atau tahun Caka 1852 yang memiliki semboyan “Lawan Sastra Ngesti Mulia”. Setahun kemudian pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta muncul organisasi baru benama Persatuan Taman Siswa yang memiliki semboyan “Suci Tata Ngesti Tunggal”. Secara lengkap nama perguruan itu adalah “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa”.Pada tanggal 6 Januari 1923, dalam National Onderwijs Instituut Tamansiswa dibentuk majelis yang disebut “Instituutraad”, yang bertugas memperlancar jalannya pendidikan. Dalam konferensinya di Yogyakarta tanggal 20-22 Oktober 1923, perguruan ini memperluas Institut menjadi Hoofdraat Majelis Luhur. Pada tahun 1930, National Onderwijs Instituut Tamansiswa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam menjalankan proses pendidikannya dengan menggunakan “Sistem Among” yang mendasarkan pada Pertama, kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir batin, sehingga dapat hidup berdiri sendiri. Kedua, kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepatcepatnya dan sebaik-baiknya Sulistya, 2002. Tercatat bahwa pada tahun 1942 cabang Taman Siswa berjumlah 199 sekolah tersebar di beberapa daerah, terutama di pulau-pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, dengan pada waktu itu mempunyai sekitar 650 orang guru Hassan, 2005; Tim Paradigma Pendidikan BSNP, 2010. Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 awalnya Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria Taman Kanak-Kanak dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda SD, disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru Mulo-Kweekschool. Sekarang ini, telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian, Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terkenal yang diungkapkan dalam bahasa Jawa berbunyai “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”, sebagai pedoman perilaku bagi guru yang artinya “di depan memberi teladan, di tengah menyemangati, dan mengiringkan dari belakang sambil memberi kekuatan”. Tokoh ini mendorong diberikannya juga bahan-bahan ajar yang digali dari kebudayaan setempat, sehingga dapat dikatakan bahwa kiprahnya dalam penyelenggaraan pendidikan itu adalah juga merupakan suatu gerakan dan Tujuan Taman Siswa Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan “asas 1922”, sebagai berikut Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri zelf besschikkingsrecht dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan zelfbegrotings-system. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan zelfbegrotings-system. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak berhamba pada anak didik. Didirikannya perguruan Taman siswa disebabkan karena keadaan pendidikan bagi rakyat Indonesia yang sangat kurangnya pengajaran yang diberikan oleh Belanda kepada bangsa Indonesia, pendidikannya sangat tidak sesuai dengan kepentingan hidup bangsa Indonesia sendiri, dan bahkan meracuni jiwa anak, menanamkan jiwa budak pengabdi kepentingan kolonial sehingga sangat mengecewakan rakyat Indonesia. Menurut Tirtaraharda & Sulo 2005 tujuan Taman Siswa adalah sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang tertib dan Pendidik INS Kayu Tanam Mohammad SjafeiRuang pendidik INS Indonesia Nederlandsche School didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam 9 Sumatra Barat. Pada tahun 1952, dengan hanya ada 30 orang siswa, INS mendirikan percetakan Sridharma yang menterbitkan majalah bulanan Sendi dengan sasaran khalayak adalah anak – anak. INS Kayutanam adalah satu sekolah modern bercorak nasional yang peranannya cukup besar pada perkembangan dunia Pendidikan Indonesia, khususnya di Sumatera Barat Halimah, 2012 Lahirnya Ruang Pendidik INS Kayutanam tidak terlepas dari upaya Mohammad Sjafe’i mewujudkan cita-cita dari kedua orang tua angkatnya. Ia juga didukung oleh sebuah organisasi perkumpulan buruh kereta api yang bernama Vereeniging Bumi Poetra Staats-Spoors VBPSS berkedudukan di Padang yang dipimpin oleh Abdul Rachman. Tujuan awal pendidikan Ruang Pendidik INS Kayutanam adalah mendidik manusia supaya menjadi manusia, membimbing anak didik kepada diri, dan bakat yang dimilikinya. Ruang Pendidik INS Kayutanam lebih di kenal sebagai “Sekolah Ahli Tukang”, maksudnya lulusan Ruang Pendidik INS Kayutanam ini setiap muridnya memiliki talenta dan kemauan untuk berkarya. Seperti kata Mohammad Sjafe’i, murid yang datang ke INS masuk dengan satu pintu dan keluar dengan banyak pintu. Barnadib 1983 dan Raharja 2008 menjelaskan bahwa sekolah dari Mohammad Sjafe’i sebagai bentuk reaksi dari sekolah-sekolah Pemerintah Hindia Fhadilla 2014 pada awal berdiri nama perguruan ini memakai bahasa Belanda yakni Indonesisch Nederlandsch School dengan kependekan INS. Maksud nama ini menggunakan bahasa Belanda dikarenakan sewaktu berdiri negara Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda agar tidak menimbulkan rasa curiga terhadap sekolah yang didirikan oleh Mohammad Sjafe’i. Sebelumnya sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda dalam pemberian nama selalu mendahulukan kata Hollandsch baru setelah itu kata Indonesisch. Pada masa pendudukan Jepang, kependekan dari INS berganti arti yakni Indonesia Nippon School. Penamaan ini bertujuan sebagai pelindung diri atas kekejaman tentara Jepang. Pada periode kemerdekaan Indonesia, kependekan dari INS berubah menjadi Indonesia National School, nama ini sesuai dengan kondisi daerah Kayutanam saat itu. Pada tahun 1972 dalam rapat Munas di Jakarta, atas usulan dari Prof. Dr. Deliar Noer mengusulkan agar kepanjangan dari INS diganti menjadi Institut Nasional Sjafe’i dan masyarakat Kayutanam sendiri menyebut sekolah ini dengan sebutan “INS Kayutanam”. Pada tahun 1975 Ruang Pendidik SMA INS Kayutanam memakai kurikulum nasional yang diintegrasikan dengan kurikulum Mohammad Sjafe’ Baru PendidikanPengajaran Alam SekitarJ. Ligthart Aliran pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar yang dirintis oleh Fr. A. Finger dengan heimatkunde pengajaran alam sekitar di Jerman, J. Ligthart di Belanda dengan Het Volle Leven kehidupan senyatanya. Prinsip yang dianut dalam heimatkunde yakni Tirtarahardja & Sulo, 2005 Dalam pengajaran alam sekitar, guru dapat memeragakan secara alam sekitar memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya agar anak berpartisipasi alam sekitar memungkinkan untuk diberlakukan pengajaran totalitas dengan ciri segala bahan pengajaran berhubunghubungan satu sama alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak alam sekitar memberikan apersepsi emosional terhadap anak didik. Sementara Het Volle Leven memiliki prinsip sebagai berikut Tirtarahardja & Sulo, 2005 Pengajaran alam sekitar mengajarkan anak untuk mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran diadakan perjalanan memasuki hidup agar murid paham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya. Pada dasarnya, banyak faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan baik faktor yang berasal dari dalam maupun luar. Secara makro, faktor dari luar merupakan sistem yang berada di luar pendidikan, antara lain ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, lingkungan alam, dan lain-lain. Faktor itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sistem pendidikan. Dengan demikian, pendidikan akan dipengaruhi oleh bahkan berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan alam dalam ekosistem yang lebih luas. Konsep ini mengarahkan pada pemahaman dan pembahasan pendidikan dilihat dalam perspektif Pusat PerhatianOvideminat DecloryMenurut Tirtarahardja & Sulo 2005 pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Declory 1871-1932 dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat centres d’nternet, di samping pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada semboyan ecole pour ia vie, par la vie sekolah untuk hidup dan oleh hidup. Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri tentang hasrat dan cita-citanya dan pengetahuan tentang dunianya lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya. Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif. Penelitian secara tekun yang dilakukan Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas, yaituMetode global keseluruhanBerdasarkan observasi dan tes, ia berpandangan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global keseluruhan. Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda tulisan atau suatu gambar yang dapat d’internet pusat-pusat minat.Berdasarkan penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan sewajarnya. Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat biososial.Minat terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadiDorongan mempertahankan diri,Dorongan mencari makan dan minum danDorongan memelihara minat terhadap masyarakat ialahDorongan sibuk meniru orang inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat Pengajaran Pusat Perhatian adalah sebagai berikutPengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan beban pengajaran harus merupakan keseluruhan, tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan di didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga. Gerakan pengajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi cara mengajar dan lain-lain agar perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dan dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub topik yang KerjaG. Kerschensteiner Menurut Tirtarahardja & Sulo 2005 dan Sagala 2010 gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Tokoh pendidikan sekolah kerja ini adalah G. Kerschensteiner 1854-1932 dengan konsep “Arbeitschule” Sekolah Kerja di Jerman. Sekolah kerja bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan Negara yang baik yakni Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan; Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara;Dalam menunaikan kedua tugas tersebut harus diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut berbuat sesuai dengan kesusilaan serta menjaga keselamatan negara. Tujuan sekolah kerja ini menurut Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja adalah Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri; Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu; Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bekerja di sini bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan Tirtarahardja & Sulo, 2005; Sagala, 2010.Pengajaran ProyekJohn DeweyDasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey 1859-1952 namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikut utamanya W. H. Kilpartrick. Pengajaran proyek memberi kebebasan pada anak untuk menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya. Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek,pengajaran unit,dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin Tirtarahardja & Sulo, 2005. Praktek belajar dan pembelajaran dekade terakhir ini mengenalkan kita pada istilah PjBL atau Pembelajaran Berbasis Proyek. Para ahli memberi pengertian tentang PjBL. Menurut University of Nottingham, metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perancangan produk dan tugas. Menurut Baron, pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya. Menurut Blumenfeld et al, pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata. Sementara itu, Boud & Felleti mengartikannya sebagai cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktivitas pelajar Husamah, 2013. Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Project Based Learning pada umumnya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja performance, yang secara umum pebelajar melakukan kegiatan mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek seringkali bersifat interdisipliner. Menurut Husamah 2013 selama berlangsungnya proses belajar dalam PjBL pelajar akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, tergantung dari tahapan kegiatan yang dijalankan. Narasumber bertugas menyusun trigger problems, sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber pembelajaran bahan cetak atau elektronik, melakukan evaluasi hasil pembelajaran. Secara umum peran fasilitator adalah memantau dan mendorong kelancaran kerja kelompok, serta melakukan evaluasi terhadap efektifitas proses belajar itu dia penjelasan mengenai 'Aliran-Aliran serta Gerakan-Gerakan Pendidikan di Indonesia'. Saya harap, kalian semua yang membaca ini dapat mengetahui dan memahaminya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kalian semua yang membaca dan diharapkan mendapatkan pengetahuan yang baru. Sekian pembahasan dari saya. Terima kasih Ÿ˜†Ÿ˜Ĺ
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, "aliran" diartikan sebagai haluan; pendapat; paham. Aliran-aliran pendidikan dapat diartikan sebagai suatu pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam bidang pendidikan. Semua orang mengakui bahwa pemikiran manusia selalu berkembang setiap saat, sehingga selalu muncul pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran ini sering kali bertabrakan satu dengan yang lainnya. Namun ada juga pemikiran-pemikiran yang saling menguatkan. Sebagai seorang pendidik maupun calon pendidik, kita harus memahami aliran-aliran pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran yang sudah ada dari dulu hingga saat ini. Pemikiran-pemikiran zaman dulu selalu mendapatkan tanggapan pro maupun kontra oleh pemikir selanjutnya. Oleh karena itu, kita sebagai pendidik maupun calon pendidik harus memahami betul berbagai jenis aturan-aturan dalam pendidikan. Ada banyak macam aliran pendidikan yang ada saat ini. Namun secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis aliran, yaitu aliran klasik dan aliran modern. Dari kedua jenis aliran tersebut sebenarnya saling berkaitan serta menghubungkan peta pendidikan dari masa lalu, sekarang, dan mungkin juga masa depan. A. Aliran Klasik Aliran klasik adalah pemikiran-pemikiran yang ada sejak dulu, dimulai dari zaman Yunani Kuno. Pemikiran tersebut kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai negara Eropa dan Amerika. Sehingga sampai saat ini, kedua wilayah tersebut sering dijadikan acuan sebagai tolak ukur pendidikan. Setidaknya ada empat aliran klasik yang menjadi benang merah antara pemikiran-pemikiran zaman dulu dengan masa sekarang. Keempat aliran tersebut yaitu 1 Empirisme, 2 Nativisme, 3 Konvergensi, dan 4 Naturalisme. 1. Aliran Empirisme Secara bahasa empiris berarti pengalaman. Penganut aliran empirisme meyakini bahwa semua pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang diperoleh dari pengalaman nyata melalui alat indra baik secara langsung dengan lingkungan maupun melalui proses pengolahan diri dari apa yang diperoleh secara langsung. Penganut aliran ini menganggap semua manusia terlahir suci dan memiliki potensi yang sama. Pengetahuan dan kemampuan dapat dibentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Aliran empirime mewakili variasi pendapat yang optimis, yang menunjukan bahwa anak didik seolah tanah liat yang bisa dibentuk dengan mudah. 2. Aliran Nativisme Native secara bahasa berarti asli atau murni. Aliran ini berkeyakinan bahwa semua individu terlahir dengan membawa sifat dan karakter sendiri. Oleh karena itu, penganut aliran ini bertolak belakang dengan aliran empirisme. Aliran nativisme menganggap bahwa lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi perkembangan anak. Anak sudah memiliki pembawaan sejak lahir, entah itu pembawaan baik maupun buruk. Aliran ini menekankan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan, bukan oleh lingkungan. Aliran ini bisa dikatakan sebagai pendapat yang paling pesimis, karena meyakini bahwa lingkungan pendidikan tidak akan bisa merubah perkembangan seorang individu. 3. Aliran Konvergensi Konvergen itu artinya memusat atau mengumpul. Maksud dari aliran konvergensi adalah gabungan dari aliran empirisme dan nativisme. Menurut aliran konvergensi, baik pembawaan maupun lingkungan sama-sama mempengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu aliran ini bisa disebut sebagai jalan tengah dari pendapat paling pesimis dan paling optimis. 4. Aliran Naturalisme Natural berarti alami atau bersifat alamiah. Aliran ini hampir mirip dengan aliran nitivisme. Sering sekali orang tertukar anatara nativisme dan naturalisme. Namun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Kedua aliran tersebut memang sepakat bahwa semua orang sejak lahir sudah membawa pembawaan masing-masing. Perbedaannya jika nativisme meyakini bahwa semua perkembangan anak hanya dipengaruhi pembawaan saja, sedangkan naturalisme berpendapat bahwa lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hanya saja lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alami, bukan lingkungan buatan seperti di sekolah atau lembaga pendidikan. Aliran naturalisme meyakini bahwa anak akan mengalami perkembangan yang positif jika dibiarkan berkembang di lingkungan alami. Sekolah dan lembaga pendidikan buatan, menurutnya, akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Itulah empat aliran klasik yang ada dalam aliran-aliran pendidikan. Meskipun pemikiran-pemikiran dari keempat aliran tersebut saling berbeda satu sama lain, dan bahkan saling bertabrakan, namun pemikiran-pemikiran tersebut setidaknya berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia. B. Aliran Modern Manusia senantiasa berusaha mendapatkan hasil yang maksimal dalam hidupnya. Begitu juga dalam bidang pendidikan. Para praktisi dan akademisi di dunia pendidikan selalu berusaha membuat gerakan-gerakan baru guna meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah muncul aliran-aliran modern yang dalam pemikirannya bertujuan untuk membentuk mutu pendidikan yang lebih baik. Di Indonesia sendiri, menurut Mudyaharjo 2001, setidaknya ada lima macam aliran modern dalam pendidikan. Kelima aliran tersebut adalah Progresivisme, Esensialisme, Rekonstruksionalisme, Perennialisme, dan Idealisme. 1. Aliran Progresivisme Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak child-centered, sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru teacher-centered atau bahan pelajaran subject-centered. Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik experience curriculum. Metode-metode yang digunakan dalam aliran progresivisme diataranya metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, dan metode penelitian ilmiah. Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa. 2. Aliran Esensialisme Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti esensial dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan. Karakteristik metode-metode yang digunakan dalam aliran esensialisme diantaranya adalah pendidikan berpusat pada guru, peserta didik dipaksa untuk belajar, dan melatihkan mental. 3. Aliran Rekonstruksionalisme Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. 4. Aliran Pernnialisme Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan masalah yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya. Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu. 5. Aliran Idealisme Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli cita dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan approach secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya. Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntut hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. *IS Daftar Pustaka Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta Rineka Cipta. Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta Raja Grafindo Persada. Joseph Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang Laboratorium Teknologi Pendidikan.
aliran pokok pendidikan di indonesia